Total Tayangan Halaman

Rabu, 29 Juni 2016

Terbang mati, sang gagak .

      Pagi cerah mentari terlihat sumringah yang terus memancarkan silaunya dari ujung timur, sang gagak semangat mengibarkan sayapnya mengitari cakrawala menyambut sang mentari dan tetap abadi menunggunya hingga saatnya telah habis, di temani lembutnya awan putih tak kalah memancarkan keindahanya, terlihat jelas kesetiaannya menyambut sang mentari beranjak dari tidurnya, begitu terkesima kami, langit pun mendukung mereka berirama selaras dengan cuaca yang memberi kenyamananya menyaksikan khiasan sang pencipta sungguh hari begitu indah bila terus seperti ini ,

Waktu itu,
Datang awan hitam dikit demi sedikit menghapus keindahan itu, seperti kertas tergores ribuan liter tinta hitam, sang gagak masih tetap semangat mengibarkan sayapnya tanpa henti seolah memberi pertanda akan apa yang terjadi sesaatnya, kilau mentari terus meredup awan yang lembut seketika mengalah pada si awan hitam, tak menyangka apa yang akan terjadi saat ini, begitu cepat keindahan itu pudar seperti sungai yang mengalir tak berdosa di cemari air hitam berminyak, sang gagak masih akan tetap setia menemani cakrawala gelap ini, tak henti melawan rasa takut, entah sampai kapan sang gagak itu akan terlelap .

Saat ini,
Dan pada akhirnya sang gagak pun tak terlihat sesumringah awal, sang gagak terlihat murung, sang gagak terlihat begitu tersakiti, entah apa yang dia rasakan saat ini, ia seakan mati tak mampu memancarkan semangatnya lagi, sayapnya tak terlihat lihai lagi mengangkat berat kehidupanya, sang awan hitam telah membuat sang gagak terlihat lesuh, jika ia bisa menangis mungkin ia telah meneteskan air matanya ke bumi ini, tak terlihat seperti waktu itu sang gagak terus tersampingkan, sampai akhirnya dia tak lagi bisa berbuat apa-apa, awan hitam membuat sang gagak hilang tanpa jejak lalu mati tak berbekas .

Sampai saat ini ,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar